Pencarian pada Label :: Properti :: | Berita
Headlines News:

Strategi Menjual Rumah di Tengah Maraknya Penipuan

5/28/2015 05:32:00 AM
JAKARTA - Menjual rumah tidaklah semudah membalikkan tangan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan secara seksama agar pemilik rumah bisa terhindar dari incaran penipuan. Pasalnya, kini tindak kriminal juga bisa menyasar kepada mereka yang ingin menjual rumah.

Menurut Direktur Utama NRP Properti Nuri Hendra, biasanya pelaku berpura-pura sebagai pembeli yang sedang meninjau properti. Bahkan, terdapat beberapa modus baru, mereka biasanya membaca dari iklan internet.

"Lalu mengatakan kalau sudah tertarik dengan properti yang kita jual dan pura-pura mau transfer DP dan minta nomor rekening kita. Selanjutnya motif hampir sama seperti yang dilakukan dengan penipuan berhadiah, yaitu dengan meminta pemilik menuju mesin ATM," ujarnya, Kamis (28/5/2015).

Menurut Nuri, dengan menggunakan jasa agen properti profesional, penjual rumah akan mendapatkan analisa harga menggunakan perbandingan dari data-data yang valid.

Selain risiko – risiko kriminalitas, menjual rumah yang dilakukan sendiri, juga perlu memperhatikan beberapa hal.

1. Kesalahan menentukan harga jual, sehingga harga terlalu tinggi

Biasanya para pemilik rumah kurang memahami betul harga pasaran (saleable) tanah atau rumah di daerahnya. Sehingga ketika harga yang ditetapkan terlalu tinggi, rumah menjadi sulit terjual.

Hal ini akan memancing munculnya penawaran-penawaran semu, namun tak kunjung membeli.

2. Respons iklan yang dipasang, datang kebanyakan dari spekulan atau broker

Dari iklan yang dipasang 80 persen lebih respons penawaran adalah dari spekulan atau broker, bukan dari buyer atau end user. Hal ini sering membuat pemilik rumah menghabiskan banyak waktu dan tenaga yang terbuang untuk mengantarkan meninjau properti. Kebanyakan dari mereka hanya tes harga.

"Bila Anda menggunakan jasa agen properti profesional, mereka telah dibekali pelatihan untuk menyeleksi respons iklan dan calon buyer. Sehingga membantu Anda untuk menemukan orang yang nantinya meninjau properti adalah benar-benar buyer potensial," ujar Nuri.

3. Berhubungan dengan banyak broker (open listing)

Berhubungan dengan banyak broker, selain menghabiskan waktu dan tenaga, juga pikiran. Sering kali berhubungan dengan banyak broker menimbulkan banyak konflik baik antar broker maupun dengan pembeli.


4. Rumah tidak laku dalam jangka waktu yang lama

Apabila rumah tidak kunjung terjual, akan menyebabkan properti kadaluwarsa dalam pasar. Hal ini bisa menimbulkan isu-isu negatif tentang rumah. Baik isu-isu mengenai legalitas maupun isu rumah angker.

"Dengan menggunakan jasa agen properti profesional, rumah Anda berpotensi lebih cepat terjual karena mereka memiliki jangkauan pemasaran yang luas," tutupnya. (fsl)
(rhs)

2015, Tahun Warning Bagi Pasar Properti Indonesia

1/02/2015 08:00:00 PM
2015, Tahun Warning Bagi Pasar Properti Indonesia (Foto : Ilustrasi/CNBC) 
JAKARTA - Tahun 2015 sudah dilewati satu hari. Sektor properti pun diprediksi akan melewati masa-masa terendah di tahun ini karena berbagai macam faktor.

Pengamat Properti dari Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda mengingatkan kepada semua pelaku properti untuk hati-hati dalam menjalankan bisnisnya di 2015 ini.

"Para pengembang akan dihadapkan pada titik terendah pasar properti di 2015. Namun demikian para pengembang seharusnya tidak kehilangan akal untuk dapat beradu strategi di tahun sulit tersebut," kata dia dikutip dari laman resmi IPW, Jumat (2/1//2015).

Untuk itu, Ali mengingatkan beberapa hal yang harus diperhatikan oleh para pelaku properti di 2015. Pertama, pengembang harus menyiapkan cash flow proyek untuk yang telah kadung diluncurkan haruslah lebih solid karena akan dihadapkan ada penurunan penjualan proyeknya.

Kedua, suku bunga konstruksi yang tinggi. Menurutnya kenaikan suku bunga konstruksi ini diprediksi akan memberikan tekanan di samping naiknya bahan bangunan. Selanjutnya yang ketiga adalah soal daya beli.
Proyek 
Menurutnya,meskipun pasar masih menyimpan daya beli namun saat itu diperkirakan keputusan pembelian properti akan lebih selektif untuk proyek-proyek yang masih memberikan aspek fungsional dan bukan sebagai spekulasi, karenanya proyek-proyek yang unik dan mempunyai konsep jelas yang akan bertahan.

Keempat adalah terkait suku bunga KPR yang berada di kisaran 13-14 persen. Suku bunga KPR yang dianggap tinggi ini diprediksi akan membuat end-user berpikir dua kali untuk membeli properti dengan kredit karenanya nafas panjang pengembang kembali diuji dengan strategi pembayaran cicilan bertahap.

Sementara yang terakhir adalah terkait launching proyek properti. Dirinya berharap bagi para pengembang yang akan meluncurkan proyeknya di 2015 ada baiknya melakukan konsolidasi ulang berkaitan dengan timing kapan proyek akan diluncurkan.

DAYA BELI PROPERTI: Hanya 20% Masyarakat Yang Mampu Beli Rumah

12/28/2014 05:02:00 AM
illustrasi perumahan 
JAKARTA--Diperkirakan hanya 20% masyarakat yang mampu menjangkau pembelian rumah dengan mengikuti kondisi harga pasar.

Direktur Utama PT Jakarta Propertindo Budi Karya Sumadi mengatakan terdapat jurang pemisah yang besar antara masyarakat kelas atas dengan masyarakat kelas bawah. Dan itu memengarui kebijakan pemerintah dalam upaya pemenuhan kebutuhan papan di Indonesia.

"Lalu, hanya sekitar 10% kelompok masyarakat kelas menengah atas yang mampu menjangkau rumah sewa di perkotaan," katanya dalam Outlook Property 2015 di Wisma Bisnis Indonesia, Kamis (18/12/2014).

Dia mengungkapkan sekitar 40% rumah tangga tidak mampu menjangkau, bahkan untuk rumah dengan ukuran paling sederhana.

"Hal ini disebabkan kelompok masyarakat terbawah itu mengeluarkan sebagian besar penghasilannya atau sekitar 80% untuk kebutuhan makanan," ujarnya.

Oleh karena itu, sambungnya, dibutuhkan berbagai upaya untuk mengatasi tingginya kebutuhan rumah (backlog) yang mencapai 15 juta unit saat ini.[beriita bisnis - properti]
 
notifikasi
close